DRAMA penculikan Sekretaris Unit Layanan Pengadaan (ULP) Aceh di depan MIN Geurugok, Kabupaten Bireuen, berakhir tragis. Dua orang yang diduga penculik, Nawi dan Is, meninggal terkena hantaman peluru di lokasi kejadian.
Nawi merupakan warga Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan Is, warga Alue Papeun, Kecamatan Nisam. Keduanya merupakan mantan kombatan GAM saat Aceh masih berkonflik.
Beberapa bulan sebelum drama penculikan terjadi, Nawi, sempat mengeluh bahwa dirinya ditipu oleh pejabat ULP Aceh. Hal ini diungkapkan Nawi kepada beberapa sahabatnya sesama ekskombatan di Kota Banda Aceh.
“Dia ikut tender beberapa proyek. Untuk menang, pejabat ULP meminta uang muka. Uangnya sampai ratusan juta. Namun kemudian pekerjaan tersebut, tak dimenangkan olehnya. Ia ditipu,” kata sumber mediaaceh.co yang minta namanya dirahasiakan ini, di Warkop Pasific, Kota Banda Aceh, Senin malam, 1 Februari 2016.
Kata sumber ini, Nawi meminjamkan uang untuk diberikan ke pejabat ULP dari beberapa pengusaha.
“Karena tak menang proyek, beberapa pengusaha menagih agar uangnya kembali. Namun saat Nawi meminta kembali uang sama pejabat ULP, tak pernah dikembalikan. Nawi dikejar-kejar hutang. Ia bahkan ingin mengadaikan mobil miliknya untuk membayar hutang,” kata anggota KPA asal Aceh Timur ini.
Dirinya tak menyangka jika Nawi akhirnya gelap mata dan menculik pejabat ULP.
“Padahal, 13 Januari lalu, Nawi baru saja ulang tahun. Ia orang yang sangat baik. Saya masih tak percaya kalau ia melakukan penculikan. Selama ini ia sudah pernah meminta uang itu kembali secara baik-baik, tapi tak pernah digubris. Kemarin sore, saya terkejut setelah membaca berita. Kasihan anaknya masih kecil-kecil,” kata sumber mediaaceh.co.
“Kita juga tak tahu, dari mana Nawi memperoleh senjata. Ia sudah gelap mata. Ia gampang percaya sama pejabat, apalagi diiming-imingkan proyek besar. Ia bercita-cita membangun rumah serta membawa orang tuanya berhaji,” ujar sumber tadi lagi.
Sebelumnya diberitakan, kepolisian menyita 2 unit senjata dalam kontak tembak yang terjadi antara polisi dan kelompok penculik di Ganda Pura, Bireuen, pagi tadi.
Keduanya merupakan senjata sisa masa konflik yang digunakan oleh kedua pelaku yang tewas dalam ‘drama’ kontak tembak tersebut.
“Ada dua senjata yang kita temukan yaitu satu buah senjata laras panjang SS1 dan satu buah FN, serta 4 magazine yang terisi penuh peluru,” ujar Dir Reskrim Um Polda Aceh, Kombes Polisi Nurfalah, kepada awak media usai insiden kontak tembak, Senin, 01 Februari 2016.
Selain dua senjata, Nurfalah menambahkan juga turut menyita satu unit mobil milik Avanza milik pelaku. Kemudian polisi juga megamankan uang senilai Rp700 juta. Uang tersebut digunakan keluarga korban penculikan sebagai tebusan. [mediaaceh]
Nawi merupakan warga Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan Is, warga Alue Papeun, Kecamatan Nisam. Keduanya merupakan mantan kombatan GAM saat Aceh masih berkonflik.
Beberapa bulan sebelum drama penculikan terjadi, Nawi, sempat mengeluh bahwa dirinya ditipu oleh pejabat ULP Aceh. Hal ini diungkapkan Nawi kepada beberapa sahabatnya sesama ekskombatan di Kota Banda Aceh.
“Dia ikut tender beberapa proyek. Untuk menang, pejabat ULP meminta uang muka. Uangnya sampai ratusan juta. Namun kemudian pekerjaan tersebut, tak dimenangkan olehnya. Ia ditipu,” kata sumber mediaaceh.co yang minta namanya dirahasiakan ini, di Warkop Pasific, Kota Banda Aceh, Senin malam, 1 Februari 2016.
Kata sumber ini, Nawi meminjamkan uang untuk diberikan ke pejabat ULP dari beberapa pengusaha.
“Karena tak menang proyek, beberapa pengusaha menagih agar uangnya kembali. Namun saat Nawi meminta kembali uang sama pejabat ULP, tak pernah dikembalikan. Nawi dikejar-kejar hutang. Ia bahkan ingin mengadaikan mobil miliknya untuk membayar hutang,” kata anggota KPA asal Aceh Timur ini.
Dirinya tak menyangka jika Nawi akhirnya gelap mata dan menculik pejabat ULP.
“Padahal, 13 Januari lalu, Nawi baru saja ulang tahun. Ia orang yang sangat baik. Saya masih tak percaya kalau ia melakukan penculikan. Selama ini ia sudah pernah meminta uang itu kembali secara baik-baik, tapi tak pernah digubris. Kemarin sore, saya terkejut setelah membaca berita. Kasihan anaknya masih kecil-kecil,” kata sumber mediaaceh.co.
“Kita juga tak tahu, dari mana Nawi memperoleh senjata. Ia sudah gelap mata. Ia gampang percaya sama pejabat, apalagi diiming-imingkan proyek besar. Ia bercita-cita membangun rumah serta membawa orang tuanya berhaji,” ujar sumber tadi lagi.
Sebelumnya diberitakan, kepolisian menyita 2 unit senjata dalam kontak tembak yang terjadi antara polisi dan kelompok penculik di Ganda Pura, Bireuen, pagi tadi.
Keduanya merupakan senjata sisa masa konflik yang digunakan oleh kedua pelaku yang tewas dalam ‘drama’ kontak tembak tersebut.
“Ada dua senjata yang kita temukan yaitu satu buah senjata laras panjang SS1 dan satu buah FN, serta 4 magazine yang terisi penuh peluru,” ujar Dir Reskrim Um Polda Aceh, Kombes Polisi Nurfalah, kepada awak media usai insiden kontak tembak, Senin, 01 Februari 2016.
Selain dua senjata, Nurfalah menambahkan juga turut menyita satu unit mobil milik Avanza milik pelaku. Kemudian polisi juga megamankan uang senilai Rp700 juta. Uang tersebut digunakan keluarga korban penculikan sebagai tebusan. [mediaaceh]