-->

Kepala Bappenas Minta Para 'Haters' Kereta Cepat Lihat TMII

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Sofyan Djajil meminta para pengkritik atau 'haters' kereta cepat Jakarta-Bandung untuk belajar dari sejarah pendirian Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur. Kenapa?

Saat mulai dibangun pada era Presiden Soeharto, Sofyan menyebut banyak pihak melayangkan penolakan keras namun kehadirannya, kemudian dipuji dan dinilai bermanfaat bagi masyarakat setelah pembangunan fisik tuntas dilaksanakan.

"Bahwa infrastruktur jangan mikir hari ini, kontroversi wajar. Coba kalau dulu nggak ada inisiasi Taman Mini, nggak bakal ada sekarang, orang sekarang apresiasi Taman Mini. Itu inisiasi dulu Bu Tien," katanya ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (5/2/2016).

Sofyan melanjutkan, masih banyak proyek-proyek yang sebelumnya mendapat penolakan keras namun manfaatnya baru terasa setelah puluhan tahun dibangun.

"Coba lihat jalan layang Kuningan oleh Ali Sadikin. Orang pada ribut dulu, kalau nggak ada jalan Kuningan, kayak bagaimana macetnya. Saya hanya bicara prospek ke depan, jangan sampai hidup di negara yang chaotic (semrawut)," tutupnya.

 Kita Harus Lihat ke Depan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Sofyan Djajil meminta polemik pembangunan kereta cepat diakhiri. Ia mengungkapkan, alasan utama dibutuhkannya pembangunan kereta cepat rute Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer (km).

Kereta cepat dibangun untuk mempersiapkan transportasi masa mendatang karena ke depan, transportasi massal yang cepat sangat diperlukan untuk mendukung pergerakan penumpang.

"Bayangkan 30 tahun yang akan datang, 50 tahun yang akan datang, Jawa ini akan menjadi kota pulau, Jakarta dan Bandung dalam perspektif ini kita harus lihat ke depan," katanya ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (5/2/2016).

Sofyan menilai, dirinya masih menerima alasan masyarakat yang kontra terhadap kereta cepat jika melihatnya dari aspek keselamatan, namun, bukan memperdebatkan urgensi kereta cepat untuk masa sekarang.

"Kalau orang memperdebatkan aspek keselamatan itu memang perlu, tapi bahwa bangsa kita ini memang membutuhkan, jangankan Jakarta-Bandung, tapi Jakarta-Surabaya juga diperlukan," tandasnya.

Jika hanya berorientasi untuk jangka pendek, Sofyan menilai ribut-ribut kereta cepat tak akan selesai.

"Bayangkan Jawa ini akan jadi kota pulau pada 2030. Semua kota itu akan tersambung menjadi satu, nah saat itu kita memerlukan kereta cepat bukan hanya satu, mungkin 2, mungkin 3 dalam perspektif seperti itu. Tapi sekarang orang melihat kan hari ini, maka terjadi perdebatan, itu saya pikir begitu," tutupnya. (feb/feb)
 

  detik